Bangka Belitung - 'Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya' Itulah sepenggal kalimat yang digelorakan oleh Bung Karno proklamator bangsa Indonesia. Agar kita selaku anak bangsa harus menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi merebut kemerdekaan.
Implementasi dari penghormatan kita kepada para pahlawan yang telah berjuang untuk bangsa dan negara salah satunya dengan membangun monumen pahlawan nasional didaerah dimana pahlawan itu dilahirkan agar kita tidak melupakan jasa dan pengorbanan kepada bangsa dan negara.
Kepada Pers Babel, Johan Murod Ketua Dewan Pemuda Bangka Belitung menyampaikan di Bandara Depati Amir segera dibangun monumen Pahlawan Nasional Depati Amir sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan selaku anak bangsa kepada para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan.
"InsyaAllah di bandara ini segera dibangun monumen pahlawan Depati Amir sebentuk penghormatan dan penghargaan kita kepada pahlawan yang berjasa ke bangsa dan negara, terkhusus agar anak cucu kita mengetahui di Bangka Belitung ada pahlawan nasional dan tidak melupakan perjuangan Depati Amir bersama sahabatnya, " ujar tokoh perjuangan provinsi kepulauan Bangka Belitung saat ditemui di salah satu kedai kopi di Bandara Depati Amir Pangkalpinang, Rabu (25/11/2020).
Baca juga:
Tony Rosyid: Gurihnya Dana Bansos
|
Sekilas Perjuangan Pahlawan Nasional Depati Amir dari Bumi Serumpun Sebalai Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Perjuangan Depati Amir bermula dari urusan keluarganya dengan Belanda. Saat itu, Belanda mulai membuat parit-parit tambang timah di Pulau Bangka dan berkonsi dengan Depati Bahrin untuk mengeruk timah di tanah miliknya. Namun, Belanda tidak memenuhi kewajibannya untuk membayarkan hasil tambangnya. Hal itu menyulut Depati Amir mengajukan tuntutan kepada perusahan Belanda tersebut dan mendapat dukungan dari masyarakat Bangka.
Tuntutan Depati Amir terdengar oleh Residen Belanda untuk Bangka yang bernama F. van Olden. Residen tersebut menilai bahwa tindakan Depati Amir dapat menyulut pergolakan di Bangka. Lalu, Pemerintah Belanda mengutus pejabat-pejabat penting untuk menangkapnya. Namun, usaha tersesbut gagal. Depati Amir semakin mendapat dukungan masyarakat yang selama ini telah dipekerjakan oleh Belanda, baik dari kalangan Melayu Bangka maupun Tionghoa Bangka. Dukungan juga datang dari para pemimpin lokal yang juga merasa dirugikan akibat kehadiran Belanda. Akibat dukungan-dukungan ini, Depati Amir mendapat bantuan senjata baik dari lokal maupun dari Singapura. Perlawanan Depati Amir meluas di sepanjang pesisir timur Bangka.
Depati Amir (lahir di Mendara, Bangka, 1805 - meninggal di Air Mata, Kota Lama, Kupang, Nusa Tenggara Timur, 28 September 1869) merupakan salah satu pahlawan nasional dari Bangka. Semangat kepahlawanannya menggema hampir di seluruh Pulau Bangka. Depati Amir aktif melawan penjajahan Belanda di Bangka yang saat itu memiliki kepentingan terhadap aktivitas tambang timah. Karena perlawanannya dinilai merugikan aktivitas tambang mereka, akhirnya ia diasingkan ke Air Mata, Kota Lama, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Namanya kini diabadikan di Bandar Udara Depati Amir dan Stadion Depati Amir, Pangkal Pinang. Pada tahun 2018, bersama lima tokoh lainnya, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional. (Sinyu Pengkal)